Rabu, 14 September 2022 oleh admin

Eksekusi atau Mati

Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Kalimat bersayap tersebut telah lama meninabobokan dan menjadi apologi bagi semua kegagalan manusia. Kalimat tersebut nyaris tidak pernah diucapkan pada saat para kampiun bersulang merayakan keberhasilan mereka. Kalimat tersebut lebih sering terdengar di ruang-ruang operasi ketika tubuh malang yang tergolek di atas meja bedah sudah tak lagi bernyawa.

Padahal Tuhan sendiri tidak pernah berkata seperti itu. Dalam kitab suci-Nya, Al Qur’an, Tuhan berkata : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka. (Qur’an, surah Ar Ra’d, ayat 11). Catatan kaki nomor 768 atas ayat tersebut menyebutkan : Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka selama mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka. Merubah berarti membuat rencana perubahan yang matang, melaksanakan rencana tersebut dengan cermat, menjalankan contingency plan jika rencana utama out of the track, melakukan adaptasi tindakan ketika adaptasi memang harus dilakukan. Merubah berarti melakukan segalanya dan bukan sekedar berencana.

Dalam dunia bisnis, ayat nomor 11 surah Ar Ra’d tersebut di atas persis berlaku kata per kata. Richard Foster dan Sarah Kaplan dalam bukunya yang berjudul Creative Destruction : Why Companies That Are Built to Last Underperform the Market – and How to Successfully Transform Them, mengutip pernyataan C. Jay Parkinson, Presiden Direktur Anaconda Mines, tiga tahun sebelum kebangkrutan Anaconda: ”this company will be going strong one hundred and even five hundred years from now”. Anaconda, “sang ular legendaris” dari hutan Amazon ini berakhir hidupnya lantaran tidak pernah mengimplementasikan rencana yang dibuatnya sendiri menjadi aksi nyata.

Bertie Charles Forbes pada tahun 1917 untuk pertama kalinya menerbitkan daftar seratus perusahaan terbaik di Amerika Serikat yang diberi nama “Forbes 100”. Ketika pada tahun 1987 daftar tersebut disimak kembali, 61 perusahaan telah dimakamkan. Dari 39 perusahaan yang masih hidup, hanya 18 yang masuk top one hundred dan hanya 2 (General Electric dan Eastman Kodak) yang mampu menunjukkan kinerja diatas rata-rata. Hal yang kurang lebih sama terjadi pada daftar S&P 500. Dari 500 perusahaan yang masuk daftar S&P 500 pada tahun 1957 (saat S&P 500 pertama kali dirilis), hanya 74 perusahaan yang masih masuk dalam daftar S&P 500 tahun 1997. Seperti halnya Anaconda, mereka semua hanya mampu membuat rencana namun gagal dalam eksekusi.

Gary L. Neilson, Karla L. Martin dan Elizabeth Powers dalam artikelnya yang berjudul The Secret to Successful Strategy Execution menyatakan A brilliant strategy, blockbuster product, or breakthrough technology can put you on the competitive map, but only solid execution can keep you there. You have to be able to deliver on your intent.

Meskipun meng-eksekusi rencana seringkali berkaitan dengan hidup dan mati, namun diakui banyak kalangan bahwa solid execution bukan hal yang terlalu mudah dilaksanakan. Penyebab tidak terjadinya solid execution bisa apa saja, namun dalam artikelnya Gary L. Neilson dan rekan-rekannya mengidentifikasi penyebab utama kegagalan eksekusi sebagai berikut : research shows that enterprise fail at execution because they go straight to structural reorganization and neglect the most powerful drivers of effectiveness – decision rights and information flow.

Lebih lanjut, Gary L. Neilson dan rekan-rekannya mem-propose lima elemen yang memungkinkan diimplementasikannya sebuah rencana strategis secara efektif :

1.   Everyone has a good idea of the decision and actions for which he or she is responsible. (Setiap orang dalam organisasi memiliki pemahaman yang baik akan tanggung jawabnya masing-masing dalam bertindak dan mengambil keputusan).

2.   Important information about the competitive environment gets to headquarters quickly. (Informasi penting mengenai kondisi persaingan di pasar cepat diketahui oleh pengambil keputusan di kantor pusat).

3.   Once made, decisions are rarely second-guessed. (Begitu diambil, keputusan-keputusan jarang diragukan keabsahannya).

4.   Information flows freely across organizational boundaries. (Informasi mengalir bebas menembus batas-batas organisasi).

5.   Field and line employees usually have the information they need to understand the bottom-line impact of their day-to-day choices. (Pegawai lini terdepan biasanya memiliki informasi yang mereka butuhkan untuk memahami dampak atas pilihan tindakan sehari-hari yang mereka ambil terhadap kinerja keuangan perusahaan).

Untuk menjaga kelangsungan hidupnya organisme biologi selalu melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan disekitarnya. Sebagian berhasil dan sebagian besar lagi punah. Hukum yang sama berlaku pula bagi organisme sosial. Sebuah organisasi bisnis akan mengalami kepunahan juga bila ia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang terus menerus berubah. Adaptasi berarti berhasil meng-eksekusi survival plan. Semakin hari, adagium : eksekusi atau mati, semakin menunjukkan kebenarannya.

Bagaimanapun, institusi atau organisasi yang mengetahui bahwa dirinya memiliki kelemahan akan lebih baik daripada organisasi yang tidak menyadari kelemahannya. Namun karena sebuah organisasi merasa sudah sangat besar, organisasi tersebut seringkali gagal mengidentifikasi kelemahan-kelemahannya. Mereka yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup organisasi berpikir bahwa organisasi sebesar ini tidak mungkin mempunyai kelemahan. Semua sudah dijalankan sesuai dengan prosedur. Organisasi besar ini lantas cenderung kaku, tidak lincah dan menikmati status quo. Mengidentifikasi kelemahan memang bukan perkara mudah apalagi jika tidak tepat dalam melakukannya atau tidak tepat dalam menggunakan alat ukurnya. Akibatnya banyak organisasi yang keliru memandang kelemahan-kelemahannya sebagai kekuatan.

Ketika sebuah organisasi hanya memiliki rencana tanpa bisa mengimplementasikannya dalam tindakan nyata, maka seringkali Tuhan memang menentukan “lain”.

 

Dr. Handayani, FSAI

Penulis seorang aktuaris dan doktor ilmu ekonomi